Jumat, 06 April 2012

LOVE IS U : Just A ChiBi - ChiBi




Apa sih yang Anda harapkan dari sebuah film yang menjual ketenaran sebuah band atau grup musik, sekaligus, pastinya, media promosi untuk jualan produk mereka? Ah ya. Terlebih untuk ukuran film Indonesia, tak usah berharap terlalu banyak. Produk-produk seperti ini sudah pasti diperuntukkan hanya untuk fans atau menjaring lebih banyak lagi orang yang kebetulan suka dengan jualannya. Ini memang murni promosi. Hanya sesekali mungkin kita bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari plot yang juga seakan dipaksakan untuk dibuat, seperti misalnya 'Baik-Baik Sayang'nya Wali tempo hari, meski konsekuensinya tak laku. Produk luar agaknya jauh lebih aware tentang ini hingga lebih sering mengarahkannya ke sebuah dokumenter, dari sekedar liputan backstage hingga mungkin menyentuh sedikit asal-usul grupnya. But then again, cheesy-cheesy sebuah promosi juga tak selamanya berarti tak bagus selama bisa tampil menghibur. Bukan begitu?
            Dan fenomena girlband di Indonesia sudah mengantarkan Cherry Belle, grup yang beranggotakan sembilan cewek-cewek belia dari sebuah audisi, ke puncak kepopuleran mereka hanya dengan sebuah mini album. Sebutan 'Chibi' untuk singkatan nama grupnya, 'Twibi' untuk fansnya, dan pastinya, jargon 'Chibi Chibi Chibi.. ha ha ha haaa!' yang populer di kalangan belia itu, bahkan dari usia balita sekali pun atas frekuensi kemunculan mereka di media-media televisi. And so, dari lirik lagu mereka yang paling populer, 'Beautiful', penulis naskah Jamil Aurora menyusun sedikit plot untuk membangun karakterisasi dan konflik di balik adaptasi mereka sebagai kelompok musik. Dan semua jelas disesuaikan dengan pangsa pendengarnya. Ringan bagaikan popcorn, menuju sebuah stageact ending, yang sudah pasti wajib hadir di genre sejenis.
            Cherly, Anisa, Wenda, Angel, Auryn, Christy, Devi, Felly, dan Gigi yang terpilih dalam audisi menjadi personil girlband Cherry Belle, awalnya tak mudah untuk menyatukan ambisi dan ego mereka masing-masing, dan hal ini membuat manager mereka, Victor (Panca Makmun) kelabakan. Walau sudah ditempatkan untuk tinggal bersama selama masa persiapan, gadis-gadis belia yang rata-rata masih kekanak-kanakan ini saling cekcok karena masalah-masalah sepele, belum lagi latar belakang keluarga beberapa personilnya yang ikut mempengaruhi performa mereka di saat latihan. Tapi toh sebuah keyakinan akhirnya berhasil membuat mereka lebih dekat, sekaligus mendapatkan jalan keluar dari masalah intern dalam keluarga tadi. Kata press release-nya, semua berhasil mereka atasi karena cinta. Love Is U, begitu.
            Tak ada yang lebih baik dari penampilan masing-masing personil grup band untuk membangun karakterisasinya menjadi diri mereka sendiri, ketimbang mencoba menghadirkan karakter dibalik pengalaman akting yang pastinya masih minim. Dan inilah yang muncul dalam 'Love Is U', dimana personil-personil girlband ini muncul sepolos usia mereka dengan sebuah pesan tentang cinta, persahabatan dan usaha keras demi meraih mimpi. Inspiratif. Naskah Jamil serta penyutradaraan Hanny R. Saputra juga lantas menyajikan problematika dan karakter masing-masing dengan cukup detil, termasuk kelebihan dan kekurangan mereka yang berbeda. Satunya jago tari, yang lain menyanyi, ada yang merasa kurang dibandingkan yang lain, sampai konflik-konflik sejenis yang disampaikan dari kacamata usia pangsa pengggemarnya. Lengkap pula dengan sempalan problem keluarga seperti ibu yang kelewat sibuk dengan karirnya, ayah yang meninggalkan keluarganya dan masih banyak lagi. So is it that good?
            Unfortunately, I'm just kidding.
            The thing is, tak ada yang salah dengan usaha untuk menempatkan mereka pada posisi karakter aslinya sendiri berikut kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak ada yang salah dengan lagu-lagunya sebagai bagian dari sebuah trend yang lagi marak-maraknya.Tak ada juga yang salah dengan menyempalkan beberapa problem keluarga untuk mendramatisir dan menambah karakter-karakter sampingan. Deskripsi proses sebuah penyatuan sebuah grup musik dari anggota seabrek dengan sifat beda-beda itu harusnya justru bisa jadi sedemikian menarik, apalagi semua personilnya punya tampang dan kemampuan yang cukup menjual. Namun sebuah pemaksaan untuk mencoba membuat semua penontonnya mengerti bahwa konflik bisa dibangun dari sekedar senggol-senggolan dalam latihan, lantas merajuk tak selesai-selesai, sebentar bisa berteriak-teriak dan kemudian tuntas hanya seolah dengan menjentikkan jari tangan dan sejumlah quote-quote yang kadar wise-nya bertolak belakang dengan sikap mereka, berikut segudang konflik lain yang terasa dibuat-buat dan dipaksakan, tak pula hadir dalam eksekusi akting yang baik dari pemeran-pemeran pendukungnya, that's just a bit too awkward. (baca=lebay). Boro-boro bersimpati pada karakternya, yang ada malah semua karakternya terlihat labil secara maksimal.
Single-single mereka pun tak mendapat porsi seimbang dimana hingga hampir separuh masa putarnya kita hanya melulu mendengar satu lagu yang diulang-ulang hanya untuk penekanan bahwa liriknya yang dijadikan dasar cerita. Stageact ending yang harusnya bisa lebih meriah itu juga jadi hambar bersama penyelesaian konfliknya yang lagi-lagi bagaikan sebuah pertunjukan sulap. Oke, sebagian fansnya mungkin tak akan keberatan dengan ribut-maaf ribut-maaf bukan hanya dari personil sampai ke pemeran pendukung dari manager, pelatih dan keluarganya, karena sudah mencintai masing-masing personil dan lagu-lagunya lebih dari sekedar suka, atau malah sebagiannya memiliki pola pikir yang sama dengan karakter-karakternya,  But I'm gonna tell you. In terms of movies, ini lebih mirip propaganda produser tak bertanggung jawab dan menyia-nyiakan potensi jualannya sendiri. Lebih seperti sebuah klip yang dipanjang-panjangkan hingga mereka mentok di 80 menit, ketimbang sebuah film yang utuh, dan itu berarti, 'Love Is U' bukan sebuah film yang baik. Sayang sekali.


cr : http://bicarafilm.com/baca/2012/04/03/love-is-u-just-a-chibi-chibi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar